Parapsikologi dan Metafisika

Archive for the ‘Parapsikologi’ Category

Orbs, mungkin anda yang biasa liat program acara dunia lain, pasti kebanyakan udah gak asing ama istilah yang satu ini… sering dibahas/ ditampilkan pula dalam program acara tersebut ada orbs, vortex, ektoplasma dll…

Orbs, ada yang menyebut bahwa itu adalah bentuk pertama dari kemunculan/penampakan suatu makluk halus. bentuknya biasanya berupa bulatan bulatan dan berwarna putih…

Namun, ada pula yang nggak percaya dengan hal – hal mistik mengatakan bahwa itu cuman lensa yang kotor ato terkena embun saja. Tapi benar juga, tidak semua bulatan putih itu dibilang ORBS, orbs itu memiliki getaran energi/aura yang berbeda, sedangkan kalo debu itu tidak.

Selain Orbs disebutkan juga Ectoplasma.

Ectoplasma adalah tahapan kedua pemunculan Jin . Kekuatan mereka sudah cukup untuk memadatkan dan menyatukan uap air di udara sehingga cukup untuk membuat bayangan asap dan memanjang seperti gambar di atas . Kekuatan mereka berasal dari ketakutan manusia dan dari manusia yang menyembah mereka seperti , tukang minta-minta nomor pada setan atau dari mereka yang suka meberikan persembahan berupa suguhan suguhan kepada mereka . Tetapi sesungguhnya , bukanlah pengaruh dari suguhan yang manusia beri , tetapi pengaruh dari energy manusia itu sendiri yang memohon pertolongan dan perlindungan dari mereka itu

Vortex

Vortex adalah tahap ketiga pemunculan Jin . Mereka memiliki kekuatan dengan level energy seperti ini dikarenakan kerjasama dengan manusia dalam bentuk sihir . Manusia yang mempelajari ilmu sihir , baik itu teluh , santet , ilmu kutuk , guna-guna , menyilap pandangan mata , susuk , ilmu ilusi seperti tali berubah menjadi ular dan sebagainya , pesugihan ( karena terus disembah oleh manusia ) , itu memerlukan kerjasama yang sangat mendalam dengan mahluk Jin seperti ini . Setiap hari energy manusia akan mereka serap , sehingga cukup untuk membuat mereka mampu memasuki dimensi manusia secara nyata . Tidak perlu lagi mereka mengirimkan sinyal ke otak manusia , karena mereka bisa mewujudkan diri kapan saja dan dimana saja dalam waktu tidak terbatas siang atau malam . Mereka mampu menggerakan benda benda yang lebih besar dan lebih berat , mampu mengapungkannya , tertangkap kamera , dan melakukan kegiatan-kegiatan horor lain yang benar benar menyeramkan dan menakutkan.

diolah dari berbagai sumber.

Paranormal berasal dari bahasa Yunani. ‘Para’ artinya ‘di luar’ atau ‘melampaui’, dan normal. Jadi dari asal katanya, paranormal berarti sesuatu di luar normal atau melampaui hal-hal normal. Secara definitif, paranormal adalah istilah yang digunakan untuk segala jenis fenomena psikis, pengalaman atau kejadian yang terlihat memiliki hubungan dengan jiwa (psike) atau pikiran (mind), dan yang tidak dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip fisika.

Ada juga yang mengatakan,

Paranormal adalah suatu kegiatan yang melibatkan indera khusus dalam berhubungan dengan alam gaib. Dalam menjalani kemampuannya seorang paranormal membutuhkan penggunaan indera dengan indera khusus di luar panca inderanya atau sering disebut dengan sixth sense. Hal ini dikarenakan obyek yang ingin dihubungi bersifat gaib yang tidak dapat diraih oleh manusia biasa, tidak dapat dilihat dengan kasat mata dan membutuhkan indera khusus untuk berkomunikasi dengan mereka.

Hubungan paranormal dengan ESP

Di dalam ESP mempelajari penginderaan khusus bagi manusia-manusia tertentu. ESP dapat diartikan sebagai sensor informasi yang diterima oleh individu melebihi lima panca inderanya yaitu mencium, melihat, merasa, mendengar, dan meraba. Kemampuan ini dapat menyediakan informasi dalam bentuk waktu saat ini, masa lalu dan masa depan. Oleh karena itu paranormal dan ESP erat kaitannya. Dalam penggunaan kemampuan paranormal, individu tersebut membutuhkan ESP dalam menjalaninya. Sehingga kebutuhan akan ESP sangat penting bagi seorang paranormal.

Secara bahasa, ESP (extrasensory perception) jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kira-kira bisa diartikan sebagai “penerimaan oleh indera khusus”. Maksudnya indera khusus yaitu indera yang di luar panca indera kita (penciuman, perabaan, pendengaran, penglihatan dan pembicaraan). Jadi, ESP dapat diartikan sebagai sensor informasi yang diterima oleh individu melebihi lima panca inderanya yaitu mencium, melihat, merasa, mendengar, dan meraba. Kemampuan ini dapat menyediakan informasi dalam bentuk waktu saat ini, masa lalu dan masa depan. Kemampuan panca indera yang dimiliki individu yang memiliki ESP juga bernilai lebih, seperti orang ESP dapat merasakan, mendengar, melihat hal-hal yang tidak terlihat pada orang pada umumnya (Schmeidler, 1994).
ESP terkadang menyerahkan begitu saja sebagai sixth sense suatu insting yang mendalam, firasat atau dugaan, getaran yang aneh atau intuisi. Tingkatan ini menunjukkan sumber informasinya dipastikan tidak dapat dijelaskan secara ilmiah (Rhine, 1957).

Extrasensory perception (ESP) sudah dikenalkan semenjak tahun 1870 oleh Sir Richard Burton. Seorang peneliti Perancis, Dr. Paul Joire, pada tahun 1892 menggunakan ESP untuk menjelaskan kemampuan seseorang yang memiliki kemampuan hipnotis atau kemampuan dimana orang tersebut dalam keadaan tak sadarkan diri dapat mengetahui berbagai rasa yang ada di luar tanpa menggunakan indera yang dimilikinya.
Sekitar tahun 1920-an, Ophthalmogist di Munich, Dr. Rudolph Tischner, menggunakan ESP daam menggambarkan the “externalization of sensibility”. Lalu sekitar tahun 1930-an, The American Parapsychologist, J. B. Rhine mempopulerkan masa ini (ESP) dalam mengikutsertakan fenomena psikis dengan fungsi sensory. Sistem studi pertama pada ESP sudah dilakukan pada tahun 1882, di saat komunitas penelitian fisikal sudah menemukannya di London.

Tipe-tipe dalam ESP menurut Ensiklopedia Wikipedia, yaitu:
a. Clairvoyance dan Remote viewing, yaitu kepekaan yang lebih dalam penglihatan terhadap orang, tempat atau situasi secara langsung tanpa bantuan indera-indera normal lainnya.
b. Precognition atau Retrocognition, yaitu penglihatan yang bekerja melampaui atau melalui waktu.

c. Kemampuan membaca aura dan intuisi medis, yaitu penglihatan atau persepsi tentang beberapa aspek manusia, seperti aura, yang manusia lainnya tidak dapat melihatnya.
d. Psychometry, Clairaudience, Clairsentience, Clairalience dan Clairgustance, yaitu penglihatan atau persepsi yang dimiliki terhadap suatu aspek yang tidak dapat dirasakan orang lain melalui indera normalnya.
e. Telepathy, yaitu merupakan suatu hubungan antara kesadaran-kesadaran dari dua orang atau lebih tanpa adanya bantuan-bantuan indera yang kelihatan atau nyata.
f. Out-of-body experiences sering disebut juga dengan meraga sukma/astral projection yaitu pengalaman dalam memisahkan roh dari tubuhnya.
g. Mediumship, yaitu kemampuan berkomunikasi dengan roh seseorang atau binatang yang sudah meninggal.
h. Psychokinesis, yaitu kemampuan untuk menggerakkan objek dengan pikiran tanpa menyentuhnya atau memanipulasinya.